In Memoriam Fellya Madung : Pengembara
Ditulis tanggal 31 Oct 2022 | Dibaca 1535 kali
PENGEMBARA
Kita sesama pejalan jauh, meski situasi tanpa harapan Menuju langit yang tak terjangkau
Manusia tak lain setitik jumpa lembayung pada pelupuk malam, mekar pada renai musim dingin, lalu merenta dalam lelah
Manusia tak lain serapal sajak, lalu kembali menjadi sajak kenang
Riwayat kita teramat singkat
Fellya
Kita sempat bincang lama Soal yang lalu terbungkus rapih dihati
Soal hal bodoh yang cerdas
Soal kegilaan yang waras
Soal malu yang undang suka
Kenangan ini pun tak akan lelah
Fellya
Kau rupa elok dari percik sinar
Rupamu gulungan asap dupa suci berarak kelangit
Air matamu serupa curhat iman kepada sendu pagi
Kalau cara merindukanmu dengan senyum, taruhlah lekuk senyummu pada iman kami
“ya, iman, itulah yang menopang hati yang pilu
Iman mengubah air mata duka menjadi semacam doa yang dibungkus dalam nada pengharapan yang tak henti
Datanglah
Datang lagi
Kami ingin jumpa
Kita bertemu dalam rindu yang membeludak dikepala
Dalam doa yang menenangkan jiwa
Bersinarlah di alam
Cinta Kami lebih dari penabur menanti waktu tuai
Elohim pada harap yang kian lebam kami bertelut tekuk dengan rejana renai air mata
Kami titip hati kami yang bilur, biar hati tak mati dingin, biar mata tak belau sembab
Elohim kami pinta hangat tatapMu tak berpaling saat jiwa lusuh menuju sudut mataMu
Requiescat In Pacem
Frederika Felia Madung
Rupa elok dari percik sinar, pahatan embun pada cahaya pagi
Tenang kekal menentramkan jiwamu
Oleh :
0 Komentar