SELAMAT DATANG - Percayakan anak, adik dan saudara anda pada kami !

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dengan Metode SQ3R pada Siswa Aquinas Ruteng

Artikel Ilmiah : 


UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI “GEREJA YANG SATU” DENGAN METODE SQ3R PADA SISWA KELAS XI SMAK SANTO  THOMAS AQUINAS RUTENG TAHUN PELAJARAN 2020/2021 

BAB I 
PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang 
Pembelajaran paradigma baru memastikan praktik pembelajaran untuk berpusat pada peserta didik. Dengan paradigma baru ini, pembelajaran merupakan satu siklus yang berawal dari pemetaan standar kompetensi, perencanaan proses pembelajaran dan pelaksanaan asesmen untuk memperbaiki pembelajaran sehingga peserta didik dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Pembelajaran paradigma baru memberikan keleluasaan bagi pendidik untuk merumuskan rancangan pembelajaran dan asesmen sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Pada pembelajaran paradigma baru, Profil Pelajar Pancasila berperan menjadi penuntun arah yang memandu segala kebijakan dan pembaharuan dalam sistem pendidikan Indonesia, termasuk pembelajaran, dan asesmen.

Dampak globalisasi yang terjadi di abad 21 ini tidak dipungkiri membawa banyak pengaruh baik terhadap kehidupan masyarakat khususnya bagi pelajar. Dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat, pelajar dapat lebih mudah dalam mengakses informasi dan sumber-sumber pembelajaran sehingga hal tersebut memudahkan mereka dalam mendukung kegiatan belajar. Para pendidik pun menjadi lebih mudah dalam meningkatkan kemampuannya dala mendidik murid-muridnya. Pendidik dapat memanfaatkan kemajuan teknologi dengan baik untuk mengakses atau mencari apa saja tren pembelajaran di dunia bahkan mencari referensi pendidikan dari negara-negara maju.

Sistem pendidikan yang menekankan pada pendekatan yang berpusat pada peserta didik diharapkan dapat mengurangi krisis karakter yang dialami oleh siswa. Saat ini banyak siswa terlibat dalam kasus-kasus yang menunjukan pemunduran karakter. Oleh karena itu pendidikan karakter sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kebiasaan baik seseorang dalam menjalani hidupnya terutama di lingkungan masyarakat.Namun apakah di Indonesia sudah menerapkan pendidikan karakter di lembaga pendidikan dengan baik?

Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Pasal 3 Tahun 2017 dirumuskan bahwa ada 18 nilai penguatan pendidikan karakter bangsa yang diharapkan dapat disampaikan kepada peserta didik yaitu diantaranya : 1) religius, 2) jujur, 3) toleransi, 4) kerja keras, 5) kreatif, 6)
mandiri, 7) demokratis, 8) disiplin, 9) bersahabat, 10) rasa ingin tahu, 11) menghargai prestasi, 12) gemar membaca, 13) semangat kebangsaan, 14) cinta tanah air, 15) cinta damai, 16) peduli lingkungan, 17) peduli sosial, 18) tanggung jawab.

Manfaat pendidikan karakter sejak dini selain dapat membentuk dan memperkuat kepribadian diri sendiri, juga membantu meningkatkan dan melatih peserta pendidikan karakter secara mental dan moral, mencegah kegilaan orang-orang yang berakhlak dan berakhlak buruk. Memperbaiki keadaan pikiran dan moral individu dapat menciptakan suasana yang kondusif dan mencegah perpecahan.

Salah satu jalan yang dilakukan pemerintah adalah dengan mewajibkan setiap siswa belajar agama pada mata pelajaran agama di sekolah. Berbagai materi dalam bentuk kompetensi dasar diajarkan agar siswa dapat memiliki sikap religius. Dengan sikap religius, siswa akan mampu meningkatkan sikap karakter yang diharapkan.

Adapun Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kurikulum Merdeka Mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti bertujuan:
1. Agar peserta didik memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap membangun hidup yang semakin beriman (berakhlak mulia);
2. Membangun hidup beriman Kristiani yang berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan, situasi dan perjuangan untuk perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, dan kelestarian lingkungan hidup; dan
3. Mendidik peserta didik menjadi manusia paripurna yang berkarakter mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, dan ber kebhinekaan global sesuai dengan tata paham dan tata nilai yang diajarkan dan dicontohkan oleh Yesus Kristus sehingga nilai-nilai yang dihayati dapat tumbuh dan membudaya dalam sikap dan perilaku peserta didik.

Salah satu materi yang dapat mengantarkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran agama Katolik adalah, Kompetensi Dasar berikut.

1.2 Bersyukur atas sifat-sifat Gereja sebagai dasar panggilan untuk merasul dan memperjuangkan nilai-nilai Kerajaan Allah
2.2 Peduli Pada sifat-sifat Gereja sebagai dasar panggilan untuk merasul dan memperjuangkan nilai-nilai Kerajaan Allah.
3.2 Memahami sifat-sifat Gereja sebagai dasar panggilan untuk merasul dan memperjuangkan nilai-nilai Kerajaan Allah.
4.2 Melakukan aktivitas (menuliskan refleksi/ doa / puisi / membuat kliping berita dan gambar / membuat rangkuman) tentang sifat-sifat Gereja seba-gai dasar panggilan untuk merasul dan memperjuangkan nilai-nilai Kerajaan Allah

Melalui kompetensi inti K1, K2, K3, dan K4 pada materi Gereja Yang Satu, siswa diharapkan dapat mencapai tujuan yang spesifik yaitu (1)Melalui penggalian pengalaman dan cerita kehidupan, peserta didik memahami segi-segi kesatuan Gereja; (2) Melalui diskusi tentang ajaran Kitab Suci dan ajaran Gereja, peserta didik memahami makna kesatuan Gereja; (3) Melalui diskusi dan refleksi, peserta didik dapat menghayati makna kesatuan Gereja dalam hidupnya.

Namun dalam hasil tes awal dan observasi awal terhadap siswa kelas XI SMAK Santu Thomas Aquinas Ruteng Tahun Pelajaran 2020/2021, ditemukan bahwa masih banyak siswa yang belum memahami dengan baik terkait Kompetensi Dasar ini. Jumlah siswa yang mencapai KKM 75 hanya 42% saja. Dengan demikian tujuan yang telah ditetapkan, tercapai dengan maksimal. Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi ini, dapat terjadi karena factor internal dan factor eksternal. Faktor internal, seperti rendahnya minat siswa terhadap materi agama, siswa menganggap belajar agama tidak penting karena sudah diperoleh di tempat ibadah, rendahnya budaya literasi siswa. Faktor eksternal, seperti kurang tepatnya metode yang digunakan oleh guru.

Berdasarkan hal tersebut maka guru sekaligus peneliti akan menerapkan metode SQ3R sebagai langkah pemecahan terhadap masalah ini. Metode ini terdiri dari lima tahap yaitu Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R). Survey untuk mengenal konsep-konsep yang akan dipelajari dengan meninjau judul karangan, paragraf, dan wacana. Question suatu kegiatan yang
dilakukan peserta didik untuk membantu memahami materi pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan yang disusunnya sendiri seperti siapa, apa, bagaimana, kapan, dan di mana. Read suatu proses mencari jawaban atas pertanyaan pada langkah kedua yaitu pertanyaan yang diajukan pembaca untuk memahami topik-topik pada bacaan, gagasan utama serta penjelas, dan organisasi bacaan. Kegiatan ini peserta didik akan mendapat jawaban dari permasalahan yang mereka jumpai seperti topik-topik bacaan, ide pokok bacaan, kalimat utama, kalimat penjelas, meringkas, dan menyimpulkan. Ricite suatu kegiatan menceritakan kembali isi bacaan yang telah dibacanya. Jika pembaca dapat menceritakan kembali bacaan itu secara baik, maka Ia dikatakan sebagai pembaca yang berhasil dan dapat dilanjutkan ke jenjang review sedangkan yang gagal tidak dapat melanjutkan ke jenjang review. Review adalah suatu kegiatan membaca ulang dengan tujuan memperbaiki kesalahan yang dilakukan dalam review, mencocokkan kembali apa yang telah diingat yang aslinya dan memahami ulang materi bacaan yang hilang dari ingatan pembaca. Tahapan-tahapan Metode SQ3R ini diperkirakan dapat mengatasi permasalahan rendahnya kemampuan pemahaman peserta didik.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Kemampuan memahami materi agama khususnya materi “Gereja yang Satu” siswa kelas XI SMAK Santu Thomas Aquinas Ruteng Tahun Pelajaran 2020/2021 masih rendah;
2. Jumlah siswa yang mencapai KKM 75 hanya 42% saja. Dengan demikian tujuan yang telah ditetapkan, tercapai dengan maksimal.
3. Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi ini, dapat terjadi karena factor internal dan factor eksternal. Faktor internal, seperti rendahnya minat siswa terhadap materi agama, siswa menganggap belajar agama tidak penting karena sudah diperoleh di tempat ibadah, rendahnya budaya literasi siswa. Faktor eksternal, seperti kurang tepatnya metode yang digunakan oleh guru.


1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka fokus penelitian ini sebagai berikut:
1. Kemampuan memahami materi agama khususnya materi “Gereja yang Satu” siswa kelas XI SMAK Santu Thomas Aquinas Ruteng Tahun Pelajaran 2020/2021 masih rendah;
2. Jumlah siswa yang mencapai KKM 75 hanya 42% saja. Dengan demikian tujuan yang telah ditetapkan, tercapai dengan maksimal.

1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan fokus permasalahan diatas, dapat dirumuskan sebagai berikut. Bagaimana peningkatan kemampuan siswa kelas XI SMAK Santu Thomas Aquinas Ruteng Tahun Pelajaran 2020/2021, dalam materi “Gereja yang Satu” dengan metode SQ3R.

1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan siswa kelas XI SMAK Santu Thomas Aquinas Ruteng Tahun Pelajaran 2020/2021, dalam materi “Gereja yang Satu” dengan metode SQ3R.
Manfaat Hasil Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoretis
a. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pengembangan teori pembelajaran agama khusus pada materi “Gereja yang Satu”
b. Secara teoretis juga, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan membaca dan menulis dalam pelajaran agama dengan menggunakan metode SQ3R. Metode SQ3R bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dalam berbagai pendekatan belajar. SQ3R pada prinsipnya merupakan singkatan langkah langkah yang mempelajari teks yang meliputi survey, question, read, recite dan review. Penerapan metode pembelajaran yang tepat sangat menentukan keberhasilan belajar peserta didik di samping berpikir kritis. Salah satu metode yang menuntut keaktifan peserta didik dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah dengan menggunakan metode pembelajaran SQ3R.

1.6.2 Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti sendiri, dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang cara meningkatkan kemampuan belajar pada materi “Gereja yang Satu” dengan metode SQ3R.
b. Bagi peneliti selanjutnya, dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan teori mengenai kemampuan belajar pada materi “Gereja yang Satu” dengan metode SQ3R
c. Bagi rekan sejawat, memberikan alternatif metode dan teknik pembelajaran agama menggunakan metode SQ3R.
d. Bagi Peserta didik, memudahkan dalam mengembangkan kemampuan belajar pada materi “Gereja yang Satu” dengan metode SQ3R.
e. Bagi Sekolah, Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program pembelajaran serta menentukan metode dan media pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran agama Katolik.

BAB II
LANDASAN TEORETIS

1.1 Kajian Penelitian Relevan
Penelitian relevan pertama, yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Rita Mina Rahayu, 2020, Penerapan Model Pembelajaran SQ3R Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PAI Pada Siswa Kelas VIII.B di SMPN 17 Seluma. Permasalahan dalam proses pembelajaran yang cenderung menggunakan konsep yang cenderung abstrak dengan metode ceramah tanpa menggunakan sarana yang ada di sekolah sehingga pembelajaran cenderung didominasi oleh guru, tanpa ada peran aktif dari siswa, dan kebutuhan siswa di lingkungan masyarakat dengan materi yang diberikan, atau dengan kata lain kurang melakukan pengajaran bermakna. Siswa merasa bosan dan mengakibatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI rendah, hal ini disadari pada hasil evaluasi belajar siswa dan keaktifan dalam pembelajaran masih banyak yang tidak memahami materi pelajaran yang diajarkan. SQ3R dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII.B di SMPN 17 Seluma.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menerapkan model penelitian dari Kemis dan Mc, Taggart. Penelitian ini dilakukan dengan 2 siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII.B di SMPN 17 Seluma sebanyak 26 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian menggunakan observasi, tes dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran SQ3R dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan rata-rata persentase hasil belajar yang diperoleh dapat dilihat dari pra siklus sebesar 26%, siklus 1 meningkatkan menjadi 69% dan siklus ll meningkat menjadi 84%. Adapun hasil observasi guru pada siklus satu mendapatkan skor 33 dengan kategori baik dan mengalami peningkatan pad siklus ll sebesar 54 skor dengan kategori amat baik. Sedangkan hasil observasi siswa pada siklus l mendapatkan 26 skor dengan kategori cukup dan mengalami peningkatan pada siklus ll sebesar 33 dengan kategori baik.

Adapun penelitian yang dilakukan Rita Mina Rahayu, pada 2020, sama-sama menerapkan metode SQ3R pada materi mata pelajaran agama. Selain kesamaan metode pembelajaran, terdapat juga kesamaan metode penelitian, yaitu menerapkan PTK. Sedangkan perbedaan penelitian ini dan penelitian Rita Mina Rahayu adalah penelitian ini pada mata pelajaran agama Katolik sedangkan penelitian Rita Mina Rahayu, pada mata pelajaran agama Islam. Selain perbedaan mata pelajaran, perbedaan lain terdapat pada jenjang subjek PTK, yaitu siswa SMP dan SMA.

Penelitian Relevan kedua, Putria Baiti Anggraini. Tahun 2022, dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran SQ3R Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam KelaS X SMA Negeri 13 Bandar Lampung.” Penelitian ini dilatar belakangi pendidik yang menggunakan model pembelajaran yang kurang memperhatikan kesesuaian suatu materi dengan model yang digunakan.Sehingga hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik kurang optimal dan siswa kurang tertarik. Untuk itu diperlukan inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar menjadi lebih baik dan maksimal, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran SQ3R, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh model pembelajaran SQ3R terhadap hasil belajar pendidikan agama islam kelas x sman 13 Bandar Lampung. 

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian quasi eksperimen. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu teknik cluster random sampling dengan populasi seluruh peserta didik kelas X SMAN 13 Bandar Lampung. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelas yakni kelas kontrol X Mia 2 (Kelas yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif) dan kelas eksperimen X Mia 4 (Kelas yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran SQ3R). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1) Uji Validitas, 2) Uji Normalitas, 3) Uji Daya Beda, dan 4) Uji tingkat kesukaran Dari hasil penelitian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran SQ3R terhadap hasil belajar pendidikan Agama Islam kelas X SMAN 13 Bandar Lampung.

Adapun penelitian yang dilakukan Putria Baiti Anggraini, pada 2022, sama-sama menerapkan metode SQ3R pada materi mata pelajaran agama. Selain kesamaan metode pembelajaran, terdapat juga kesamaan metode penelitian, yaitu menerapkan PTK. Sedangkan perbedaan penelitian ini dan penelitian Putria Baiti Anggraini adalah penelitian ini pada mata pelajaran agama Katolik sedangkan penelitian Rita Mina Rahayu, pada mata pelajaran agama Islam.

2.1 Hakikat Pembelajaran Agama Katolik
Pendidikan adalah salah satu tugas perutusan gereja yang amat penting. Nilai-nilai injili diterjemahkan dalam konteks pendidikan sebagai Karya Kerasulan Gereja menjadi fokus utama karya Pendidikan Katolik. Semua orang dari berbagai lapisan, suku, agama, usia, memiliki hak asasi yang tidak dapat diganggu gugat atas pendidikan. Tujuan pendidikan dalam arti sesungguhnya ialah mencapai pembinaan pribadi manusia dalam perspektif tujuan terakhirnya dan demi kesejahteraan masyarakat, mengingat bahwa manusia termasuk anggotanya, dan bila sudah dewasa ikut berperan menunaikan tugas kewajibannya (Konsili Vatikan II mengenai hak anak atas pendidikan).

Tujuan pendidikan selalu bermuara pada pembentukan manusia seutuhnya pendidikan pada dasarnya adalah pembentukan generasi muda yaitu para peserta didik. Lembaga pendidikan ikut serta dalam pembentukan karakter yang sehat dan kuat bagi generasi masa depan. Modernisasi yang ditandai dengan era globalisasi menuntut generasi yang memiliki kecakapan hidup (life skill). Sehingga mereka akan menjawab tantangan zaman. Indonesia sebagai Negara yang ingin maju dan berkembang setara dengan Negara maju lainnya, membutuhkan SDM yang handal. pribadi yang cakap dan terampil, serta berkepribadian utuh. Lembaga Pendidikan Katolik menyadari bahwa pendidikan bertujuan membentuk manusia secara holistik: intelektual, religious, emosional, moral, dan sosial.

Pendidikan Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk memperteguh iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.

Eksistensi Pendidikan Agama yang diajarkan di Sekolah setidaknya menjadi harapan akan terbangunnya semangat religiusitas yang terdapat dalam pribadi anak didik. Akan tetapi, lembaga Sekolah seringkali kewalahan dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan agama yang diajarkan agar bisa menyentuh hati nurani anak didik. Pendidikan Agama Katolik bertujuan untuk memampukan siswa untuk membangun hidup semakin beriman kristiani. Membangun hidup beriman kristiani berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan: situasi dan perjuangan untuk perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian lingkungan hidup, yang dirindukan oleh setiap orang dari pelbagai agama dan kepercayaan, (Pius dan Kana, 2019:4).

Pendidikan Agama Katolik diharapkan dapat mengemban misi multidimensional, yakni:
(i) mengembangkan potensi peserta didik sebagai manusia utuh yang profesional dan kompeten sebagai misi psiko pedagogis; 
(ii) menyiapkan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dilandasi oleh nilai-nilai moral keagamaan, sebagai misi moral-sosial); 
(iii) Membangun budaya pembela kehidupan (pro-life), peka dan peduli dalam kehidupan bersama di tengah masyarakat sebagai salah satu determinan kehidupan yang terlibat dalam kehidupan menggereja dan memasyarakat sebagai misi sosiokultural; dan bagi dunia akademik/keilmuan. Selain ketiga misi tersebut dikembangkan misi 
(iv) melakukan dan/atau memanfaatkan hasil penelitian dan pengembangan (research and/or development) untuk membangun pendidikan agama Katolik yang holistik dan inklusif sebagai sistem pengetahuan terpadu (integrated knowledge system) dan pengabdian pada masyarakat membangun hidup bersama (learning to live together) dalam masyarakat yang pluralis, Nurwardani dkk (2016:7)

Adapun Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kurikulum Merdeka Mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti bertujuan:
1. agar peserta didik memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap membangun hidup yang semakin beriman (berakhlak mulia);
2. membangun hidup beriman Kristiani yang berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan, situasi dan perjuangan untuk perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, dan kelestarian lingkungan hidup; dan
3. mendidik peserta didik menjadi manusia paripurna yang berkarakter mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, dan berkebhinekaan global sesuai dengan tata paham dan tata nilai yang diajarkan dan dicontohkan oleh Yesus Kristus sehingga nilai-nilai yang dihayati dapat tumbuh dan membudaya dalam sikap dan perilaku peserta didik.

Ruang lingkup pembelajaran dalam pendidikan agama katolik di sekolah mencakup empat aspek yang memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Keempat aspek yang dimaksudkan adalah sebagai berikut, https://parokicitraraya.org/.

1. Pribadi peserta didik; aspek ini membahas tentang pemahaman diri sebagai pria dan wanita yang memiliki kemampuan dan keterbatasan, kelebihan dan kekurangan dalam berelasi dengan sesama serta lingkungan sekitarnya.
2. Yesus kristus; aspek ini membahas tentang bagaimana meneladani pribadi yesus kristus yang mewartakan allah bapa dan kerajaan allah.
3. Gereja; aspek ini membahas tentang makna gereja, bagaimana mewujudkan kehidupan menggereja dalam realitas hidup sehari-hari.
4. Kemasyarakatan; aspek ini membahas secara mendalam tentang hidup bersama dalam masyarakat sesuai dengan firman allah/sabda tuhan, ajaran yesus dan ajaran agama.

2.2 Hakikat Materi Gereja yang satu
Gereja yang satu, kudus dan apostolik merupakan ciri-ciri atau sifat Gereja. Melalui empat ciri itu Gereja menyatakan bahwa yang insani dan yang ilahi bersatu di dalam diri Gereja. Empat ciri ini saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Gereja tidak berdiri dari dirinya sendiri, melainkan berkat karunia Roh Kudus, Kristus menjadikan Gereja.

Kesatuan di dalam Gereja mendapatkan dasarnya dari kesatuan Tritunggal, yaitu Bapa, Putera dan Roh Kudus. Allah Tritunggal kendati memiliki tiga pribadi, namun hakikatnya adalah Satu. Sama halnya dengan Gereja, kendati beraneka ragam, namun tetap Satu yaitu Gereja yang berkumpul dalam Tuhan Yesus Kristus. Roh Kuduslah yang menyatukan Gereja.

Dalam konteks kehidupan kristiani, kita menyadari bahwa dosa menyebabkan terjadinya perpecahan dan pertengkaran, sebaliknya di mana ada kebajikan di sana ada perdamaian. Roh Kudus membimbing gerejaNya untuk senantiasa masuk lebih dalam menuju kebersatuan antara umat dan terlebih dengan Yesus Kristus, https://binus.ac.id/

Gereja yang Satu ini terdiri dari :
1. Pengakuan iman yang sama.
2. Perayaan ibadat bersama dan sakramen-sakramen.
3. Suksesi apostolik yang oleh tahbisan menegakkan kesepakatan sebagai saudara dan saudari dalam Kerajaan Allah.

"Allah telah berkenan menghimpun orang-orang yang beriman akan Kristus menjadi Umat Allah (lih 1Ptr 2:5-10)", dan membuat mereka menjadi satu Tubuh (lih. 1Kor 12:12) dan (AA 18). "Pola dan prinsip terluhur misteri kesatuan Gereja ialah kesatuan Allah yang tunggal dalam tiga pribadi, Bapa, Putra dan Roh Kudus" (UR 2).

Landasan Hukum Gereja yang Satu dapat kita lihat dalam Katekismus Gereja Katolik dibawah ini: "Itulah satu-satunya Gereja Kristus, yang dalam syahadat iman kita akui sebagai Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik" (LG 8). Keempat sifat ini, yang tidak boleh dipisahkan satu dari yang lain, melukiskan ciri-ciri hakikat Gereja dan perutusannya. Gereja tidak memilikinya dari dirinya sendiri. Melalui Roh Kudus, Kristus menjadikan Gereja-Nya itu satu, kudus, katolik, dan apostolik. Ia memanggilnya supaya melaksanakan setiap sifat itu. (KGK 811)

Hanya iman dapat mengakui bahwa Gereja menerima sifat-sifat ini dari asal ilahi nya. Namun akibat-akibatnya dalam sejarah merupakan tanda yang juga jelas mengesankan akal budi manusia.
Seperti yang dikatakan Konsili Vatikan I, Gereja "oleh penyebarluasannya yang mengagumkan, oleh kekudusannya yang luar biasa, dan oleh kesuburannya yang tidak habis-habisnya dalam segala sesuatu yang baik, oleh kesatuan katolik nya dan oleh kestabilannya yang tak terkalahkan, adalah alasan yang kuat dan berkelanjutan sehingga pantas dipercaya dan satu kesaksian yang tidak
dapat dibantah mengenai perutusan ilahi nya" (DS 3013). (KGK 812)

Gereja itu satu menurut asalnya. "Pola dan prinsip terluhur misteri itu ialah kesatuan Allah tunggal dalam tiga Pribadi, Bapa, Putera, dan Roh Kudus" (UR 2 §5). Gereja itu satu menurut Pendiri-Nya. "Sebab Putera sendiri yang menjelma ... telah mendamaikan semua orang dengan Allah, dan mengembalikan kesatuan semua orang dalam satu bangsa dan sate tubuh" (GS 78,3). Gereja itu satu menurut jiwanya. "Roh Kudus, yang tinggal di hati umat beriman, dan memenuhi serta membimbing seluruh Gereja, menciptakan persekutuan umat beriman yang mengagumkan itu, dan sedemikian erat menghimpun mereka sekalian dalam Kristus, sehingga menjadi prinsip kesatuan Gereja" (UR 2 §2). Dengan demikian, kesatuan termasuk dalam hakikat Gereja: "Sungguh keajaiban yang penuh rahasia! Satu adalah Bapa segala sesuatu, juga satu adalah Logos segala sesuatu, dan Roh Kudus adalah satu dan saina di mana-mana, dan juga ada hanya satu Bunda
Perawan; aku mencintainya, dan menamakan dia Gereja" (St. Klemens dari
Aleksandria, Pæd. 1,6,42:PG 8,300). (KGK 813)

Namun sejak awal, Gereja yang satu ini memiliki kemajemukan yang luar biasa. Di satu pihak kemajemukan itu disebabkan oleh perbedaan anugerah-anugerah Allah, di lain pihak oleh keanekaan orang yang menerimanya. Dalam kesatuan Umat Allah berhimpunlah perbedaan bangsa dan budaya. Di antara anggota-anggota Gereja ada keanekaragaman anugerah, tugas, syarat-syarat hidup dan cara hidup; "maka dalam persekutuan Gereja selayaknya pula terdapat Gereja-gereja khusus, yang memiliki tradisi mereka sendiri" (LG 13). Kekayaan yang luar biasa akan perbedaan tidak menghalang-halangi kesatuan Gereja, tetapi dosa dan akibat akibatnya membebani dan mengancam anugerah kesatuan ini secara terus-menerus. Karena itu Santo Paulus harus menyampaikan nasihatnya, "supaya memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera" (Ef 4:3). (KGK 814) 

2.3 Hakikat Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)

2.3.1 Pengertian Metode SQ3R
Luginawati (2019: 146) Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, dan Review) adalah metode belajar atau cara mempelajari teks (bacaan) khususnya yang terdapat dalam buku, artikel ilmiah, dan laporan penelitian secara spesifik untuk memahami isi teks tersebut. Metode belajar SQ3R juga diartikan sebagai kiat mempelajari teks dengan langkah-langkah pemeriksaan; yaitu memeriksa seluruh teks untuk mengetahui panjang teks, pembuatan daftar pertanyaan, membaca secara aktif, memahami setiap jawaban pertanyaan, dan meninjau ulang jawaban atas semua pertanyaan. Sedangkan menurut (Nurani dkk, 2017: 35) Metode SQ3R merupakan sistem membaca yang populer digunakan oleh orang, yang terdiri dari lima langkah, yaitu: survei, question, read, recite, dan review. SQ3R juga merupakan metode yang memudahkan pembaca untuk fokus menemukan gagasan utama dan menggali informasi dari teks bacaan secara efektif (Wulandari dkk, 2021: 582).

Menurut peneliti, dilihat dari beberapa uraian para ahli di atas, maka dapat disimpulkan metode SQ3R (survey, question, read, recite, dan review) merupakan metode belajar atau cara mempelajari teks yang terdapat dalam buku, artikel ilmiah, laporan penelitian secara spesifik untuk memahami isi teks tersebut. Metode ini juga sering digunakan oleh orang yang terdiri dari lima langkah yaitu: survei, question, read, recite, dan review. Metode SQ3R juga dapat memudahkan pembaca untuk focus menemukan gagasan utama dan menggali informasi dari teks bacaan secara efektif.

2.3.2 Langkah-Langkah Metode SQ3R
Syah dalam (Parhan dkk, 2022: 25–26) adapun Langkah-langkah Metode SQ3R adalah sebagai berikut:
a. Survey, maksudnya memeriksa atau meneliti atau mengidentifikasikan seluruh teks.
b. Question, maksudnya menyusun daftar pertanyaan yang relevan dengan teks.
c. Read, maksudnya membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun.
d. Recite, maksudnya menghafal setiap jawaban yang telah di temukan.
e. Review, maksudnya meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang tersusun pada langkah kedua dan ketiga.

Abidin (2017: 57) langkah-langkah mempelajari teks yang meliputi:
a. Survey, yakni memeriksa atau meneliti atau mengidentifikasi seluruh teks.
b. Question, yakni membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan- pertanyaan yang telah disusun.
c. Reading, yakni membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan- pertanyaan yang telah disusun.
d. Recite, yakni menghafal setiap jawaban yang telah dikemukakan.
e. Review, meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disusun pada langkah kedua dan ketiga.

Fitriyani (2017: 45) menyatakan bahwa langkah-langkah metode SQ3R adalah survey, question, read, recite, dan review. Berdasarkan uraian dari beberapa para ahli di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa langkah-langkah metode SQ3R adalah sebagai berikut:
a. Survey, memeriksa atau meneliti atau mengidentifikasi seluruh teks.
b. Question, menyusun pertanyaan yang relevan dengan teks, dan mencari jawaban- jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
c. Reading, membaca teks secara aktif untuk bisa menemukan jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun.
d. Recite, menghafal setiap jawaban yang telah ditemukan atau dikemukakan.
e. Review, meninjau ulang seluruh jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disusun pada langkah kedua dan ketiga.

2.4 Kerangka Pikir (Rancangan Pemecahan Masalah)
Kerangka berpikir adalah perpaduan antara asumsi‐asumsi teoritis dan asumsi‐asumsi logika dalam menjelaskan atau memunculkan variable‐variabel yang diteliti serta bagaimana kaitan diantara variable‐variabel tersebut, ketika dihadapkan pada kepentingan untuk mengungkapkan fenomena atau masalah yang diteliti (Setiawati, 2020: 1). Kerangka pikir adalah konsep ataupun garis besar yang sudah dipelopori oleh peneliti dalam mendesain cara penelitian.

Kriteria mendasar agar suatu kerangka pikir dapat membuktikan yaitu alur-alur pandangan yang masuk akal dalam membuat yang hendak menghasilkan kesimpulan yang hipotesis. Permasalahan yang diidentifikasikan berkaitan dengan filosofi sehingga ditemui jalur keluar untuk memecahkan permasalahan yang sudah diidentifikasi itu. Dapat disimpulkan bahwa, kerangka berpikir adalah rancangan ataupun pola pikir yang menerangkan hubungan antara variabel ataupun permasalahan yang disusun dari bermacam filosofi yang sudah dideskripsikan untuk dianalisis serta dipecahkan sehingga bisa dirumuskan pada bagan berikut:


2.6. Hipotesis Tindakan
Dengan menerapkan Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, dan Review dapat meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi “Gereja Yang Satu” Siswa Kelas XI SMAK Santu Thomas Aquinas Ruteng Tahun Pelajaran 2020/2021.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah desain PTK menurut Kurt Lewin (1940) kemudian dikembangkan oleh Kemmis dan Mc.Taggart. Model yang dikemukakan oleh Kemmis & McTaggart pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu; perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

3.2 Desain Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian, desain yang digunakan adalah desain penelitian tindakan kelas model Kemmis MC Taggart. Sebenarnya model ini pengembangan dan modifikasi dari model dasar Kurt Lewin. Pada model Kemmis dan MC. Taggart, komponen tindakan ( acting ) dan pengamatan (observing ) dijadikan satu kesatuan.

Penyatuan dua model tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara implementasi acting dan observasi merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Artinya, kedua kegiatan ini harus dilakukan dalam satu waktu tertentu. Karena begitu sebuah tindakan dimulai, maka kegiatan observasi harus dilakukan.


Desain model Kemmis dan MC. Taggart dapat digambarkan seperti diagram berikut.

Siklus menurut Kemmis dan Taggart ( Wiraaatmadja, 2009 : 66 ) Diagram model Kemmis dan MC. Taggart sebenarnya merupakan perangkat - perangkat atau untaian dengan satu perangkat komponen, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat komponen itu menyerupai suatu untaian yang di lihat sebagai suatu siklus. Dengan demikian, siklus adalah suatu putaran yang terdiri dari tahapan: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Banyaknya siklus sangat tergantung pada kompleksitas permasalahan yang harus dipecahkan dalam penelitian. Bila permasalahan terkait dengan materi dan tujuan pembelajaran maka jumlah siklus untuk setiap mata pelajaran dapat lebih dari dua.

3.2 Prosedur Penelitian
3.2.1 Pra Tindakan
Sebuah tindakan hanya dapat dilakukan bila ditemukan masalah. Kegiatan pra tindakan dilakukan dalam rangka mengetahui kondisi awal kelas yang akan diteliti. Kondisi awal yang dimaksud (yang berkaitan dengan penelitian ini) adalah kemampuan memahami materi “Gereja yang Satu” . Adapun hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi awal tersebut adalah sebagai berikut.
1) Peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran, misalnya sikap siswa, minat siswa, media, dan metode pembelajaran, dll.
2) Observasi Awal, observasi awal dilakukan dalam rangka mengetahui sikap siswa dalam pembelajaran agama.
3) Tes awal, tes awal dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi “Gereja yang Satu”. Namun tes ini dilakukan tanpa menerapkan metode SQ3R

3.2.2 Tindakan
Setelah tahap pra tindakan maka selanjutnya yaitu tahap tindakan. Pada tahap ini ada beberapa langkah yang dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah.

1) Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti bersama merancang tindakan untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran menulis cerpen. Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), soal, format penilaian dan menyusun pedoman penskoran, menyusun lembar observasi sikap siswa dan kinerja guru selama pembelajaran.

2) Pelaksanaan
Pada pelaksanaan guru menerapkan hal-hal yang telah direncanakan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan terdiri dari beberapa tahapan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan terakhir adalah penutup. Pelaksanaan kegiatan disesuaikan dengan alokasi waktu yang ditentukan.

3) Observasi
Kegiatan pengamatan dilakukan untuk mengobservasi jalannya tindakan pada proses belajar mengajar. Kegiatan observasi dilakukan untuk memastikan tindakan tersebut sesuai dengan perencanaan sebelumnya serta dampaknya pada keaktifan siswa. Observasi dilakukan pada aktivitas siswa dan kinerja guru. Observasi dilakukan oleh rekan sejawat yang disebut sebagai observer.

4) Refleksi
Peneliti melakukan refleksi terhadap jalannya kegiatan pembelajaran untuk mengetahui, “Apakah pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran?, Apakah siswa mengalami hambatan, Apa Saja hambatan yang dialami siswa tersebut?, Bagaimana cara memperbaiki hambatan-hambatan tersebut? Sejauh Mana peningkatan siswa, Apakah peningkatan itu mencapai indikator keberhasil atau belum mencapainya?”

3.3 Latar Penelitian
Adapun penelitian ini dilaksanakan di Kelas XI SMAK Santu Thomas Aquinas Ruteng Tahun Pelajaran 2020/2021 Kabupaten Manggarai. Waktu pelaksanaan penelitian bulan September 2020.

3.4 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas XI SMAK Santu Thomas Aquinas Ruteng Tahun Pelajaran 2020/2021  dengan jumlah siswa 32 orang.

3.5 Data dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini meliputi data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang didapat dari hasil tes siswa selama kegiatan penelitian berlangsung. Data ini berupa nilai pekerjaan yang dibuat siswa dalam kaitan dengan penelitian, yaitu menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan materi “Gereja yang Satu”. Data kualitatif adalah data yang terkumpul melalui observasi terhadap kinerja siswa dan guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa Kelas XI SMAK Santu Thomas Aquinas Ruteng Tahun Pelajaran 2020/2021 .

3.6 Teknik Pengumpulan Data
3.6.1 Pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data aktivitas siswa dalam kelas selama proses pembelajaran dan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran. Aktivitas siswa perlu diobservasi untuk melihat apakah penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Sama halnya dengan pengamatan kepada guru, dilakukan dengan pertimbangan bahwa peranan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.

3.6.2 Tes
Selain observasi, teknik pengumpulan data yang lain adalah dengan melakukan tes. Tes ini berupa tes yang mengintruksikan siswa menjawab melalui pertanyaan-pertanyaan penuntun.
 
3.6.3 Studi Dokumentasi
Peneliti melihat kembali riwayat prestasi siswa dalam pembelajaran agama untuk melihat keberagaman kemampuannya hal ini berguna dalam rangka mengenal kemampuan masing-masing siswa.

3.6.4 Dokumentasi
Selain teknik pengumpulan data di atas, peneliti juga melakukan dokumentasi. Dokumentasi yang dimaksud adalah pengambilan foto saat penelitian berlangsung. Hal ini dilakukan agar bisa merekam sebagian dari pelaksanaan penelitian.


3.7 Instrumen penelitian
3.7.1 Instrumen Pengamatan

1) Aktivitas siswa
Observasi terhadap siswa dilakukan pada tujuh aspek seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Keterangan
Kategori kinerja siswa Baik = 3
Cukup = 2
Kurang = 1 Kriteria akhir kinerja siswa
Baik = 15-21
Cukup = 8-14
Kurang = 1-7
Deskriptor Aktif
- Baik jika siswa mengikuti pembelajaran dengan konsentrasi, memperhatikan penjelasan guru, aktif menjawab atau bertanya
- Cukup jika siswa terkadang kehilangan konsentrasinya yang ditandai dengan sesekali perhatiannya teralih pada hal diluar pelajaran sehingga tidak memperhatikan penjelasan guru, sesekali bertanya atau menjawab.
- Kurang jika siswa lebih sering teralih perhatiannya dari pelajaran sehingga tidak memperhatikan penjelasan guru, kurang bertanya atau menjawab
Disiplin mengikuti pelajaran
- Baik jika siswa sangat disiplin dalam mengikuti pelajaran, tidak mengganggu teman atau sibuk sendiri
- Cukup jika siswa cukup disiplin dalam mengikuti pelajaran, artinya terkadang siswa masih menggangu temannya atau sibuk sendiri
- Kurang jika siswa kurang disiplin dalam mengikuti pelajaran, yang ditandai sibuk sendiri dan mengganggu teman.
Ketekunan
- Baik jika dalam mengerjakan tugas atau tes siswa sangat mandiri
- Cukup jika didapat sesekali siswa bertanya pada teman saat mengerjakan tugas
- Kurang jika siswa sering ditemukan bertanya pada teman 
   Keberanian
- Baik jika siswa berani tampil di depan umum dengan percaya diri.
- Cukup jika siswa cukup berani tampil di depan umum dengan cukup percaya diri
- Kurang jika siswa kurang berani tampil di depan umum dengan kurang percaya diri
2) Kinerja guru
Observasi terhadap siswa dilakukan pada tujuh aspek seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Format Kinerja Guru

Keterangan 3 = baik
2 = cukup
1 = kurang

3.7.2 Instrumen Tes
Berikut adalah Tes dilakukan dengan instrumen soal yang memberi perintah pada siswa untuk memahami menulis cerpen siswa.
Tabel 3 Format Rubrik Penilaian


Tabel 4 Format Penilaian

Keterangan Deskriptor
- Skor 4 jika siswa menjawab dengan sangat tepat dengan bobot soal HOTS
- Skor 3 jika siswa menjawab dengan tepat
- Skor 2 jika siswa menjawab dengan cukup tepat
- Skor 1 jika siswa menjawab dengan kurang tepat
- Skor 0 jika siswa sama sekali tidak menjawab

3.8 Teknis Analisis Data
Pekerjaan siswa dikumpulkan, lalu data tersebut dikelompokkan, diperiksa berdasarkan pedoman penilaian, lalu diberi nilai, dan ditarik kesimpulan. Data yang diambil, yaitu data hasil tes. 
Untuk mengetahui bahwa siswa telah berhasil dalam pembelajaran Agama Katolik, maka dapat digunakan rumus sebagai berikut.


3.9 Indikator keberhasilan
KKM yang ditetapkan pada materi pelajaran agama yaitu 75. Apabila siswa mencapai 75 maka dapat dinyatakan tuntas sedangkan yang berada di bawah 75 dinyatakan belum tuntas. 85% dari jumlah keseluruhan siswa yang menjadi subyek penelitian harus mencapai KKM. Jika demikian maka penelitian atau tindakan dapat dinyatakan berhasil dan dihentikan.

4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Pra Tindakan
 
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 

Kegiatan pra tindakan dilakukan dalam rangka mengetahui kondisi awal siswa, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan menulis cerpen. Kegiatan pra tindakan dilakukan pada tanggal 6 September 2020. Dalam kegiatan pra tindakan peneliti melakukan tes awal dengan tidak menggunakan metode SQ3R.

Hasil tes menunjukkan bahwa siswa kurang mampu menjawab pertanyaan terkait materi yang dipelajari. KKM yang ditetapkan oleh sekolah adalah 75. Secara klasikal, hanya 19 orang siswa yang mampu memperoleh nilai 75 sehingga persentase ketuntasan yang diperoleh hanya 59% saja. Sedangkan 13 orang atau 41% belum mencapai KKM.

Diagram 4. Ketuntasan Belajar Menulis Cerpen Pra Tindakan

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa masih banyak siswa yang belum memahami materi ”Gereja yang Satu”. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk melakukan tindakan menggunakan metode SQ3R. Metode SQ3R diharapkan mampu membantu siswa meningkatkan pemahaman materi ”Gereja yang Satu”.

4.1.2 Tindakan
4.1.2.1 Siklus 1

1. Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti melakukan perencanaan sebagai berikut.
(1) Membuat lembar observasi bagi guru dan siswa untuk melihat proses pembelajaran dengan menggunakan metode SQ3R. Lembar observasi itu meliputi lembar kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
(2) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
(3) Membuat soal tes
(4) Mendiskusikan dengan rekan sejawat, tentang hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan pembelajaran.
(5) Mendiskusikan jumlah pertemuan yang layak atau sesuai untuk siklus pertama

2. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan dalam tiga langkah pembelajaran, yaitu kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada 8 September 2020.

1) Kegiatan Pendahuluan (20 menit)
a. Mengondisikan, memotivasi siswa dan membuka pelajaran dengan doa.
b. Guru dan peserta didik bertanya jawab tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan, yakni sifat-sifat Gereja.
c. Guru menyampaikan tujuan dan pokok materi pertemuan, yaitu tentang Gereja yang satu.


2) Kegiatan Inti (95 menit)
a. Menggali pemahaman melalui kegiatan survey bacaan tentang perubahan cara pandang terhadap Gereja melalui sebuah cerita: “Kaum Muda Katolik Sedunia Bertemu di Brasil”.
b. Mendalami cerita dengan panduan pertanyaan (question):
1) Pertemuan itu adalah pertemuan kaum muda Katolik sejagad! Apa tujuannya?
2) Sifat-sifat Gereja yang mana tampak cukup jelas dalam acara-acara pertemuan itu?
3) Apakah dalam acara-acara pertemuan itu terungkap segi-segi yang menunjukkan bahwa Gereja itu satu?
4) Apa artinya Gereja itu satu?
c. Guru memberikan penjelasan singkat/peneguhan atas beberapa pertanyaan di atas
d. Menggali ajaran Kitab Suci dan ajaran Gereja tentang makna kesatuan Gereja.
1) Guru mengajak peserta didik untuk membaca (Read), menyimak dan mendiskusikan pesan Kitab Suci: 1Ptr 2:5-10, 1Kor 12:12, 2Tim 2:22, dan Ef 4:3-6 berkaitan dengan sifat Gereja yang satu.
2) Setelah berdiskusi, guru melakukan Ricite dengan suatu kegiatan menceritakan kembali isi bacaan yang telah dibacanya dan guru dapat memberikan masukan atau penjelasan singkat mengenai maksud kutipan-kutipan tersebut.
3) Guru mengajak peserta didik untuk membaca, menyimak ajaran Gereja Gaudium et Spes art. 1.
4) Guru mengajak mendalami ajaran Gereja tersebut dengan panduan pertanyaan (question):
• Apa arti Gereja sebagai satu persekutuan dalam Roh Kudus?
• Apa yang menjadi dasar semangat pendorong persatuan?
5) Setelah berdiskusi, guru melakukan Review, yaitu suatu kegiatan membaca ulang dengan tujuan memperbaiki kesalahan yang dilakukan lalu guru dapat melakukan peneguhan/penjelasan singkat terhadap pertanyaan tersebut-sifat Gereja yang satu.
e. Menghayati kesatuan Gereja
1) Guru mengajak peserta didik untuk berdiskusi dengan panduan pertanyaan:
• Gereja itu satu, namun merupakan kenyataan pula bahwa dalam Gereja masih terdapat perpecahan-perpecahan. Bagaimana kita dapat memperjuangkan kesatuan itu?
• Bagaimana kita secara pribadi mewujudkan kesatuan dalam Gereja?
2) Setelah diskusi, guru memberikan penjelasan tentang kesatuan Gereja
3) Guru mengajak peserta didik untuk berefleksi dengan panduan pertanyaan:
• Usaha-usaha apa yang dapat saya galakkan untuk menguatkan persatuan kita ke dalam?
• Usaha-usaha apa yang dapat saya galakkan untuk menguatkan persatuan ‘antar Gereja’?

3) Kegiatan Penutup (20 menit)
a. Guru memberikan penugasan kepada peserta didik untuk menuliskan sebuah doa yang berisi ungkapan syukur dan harapan untuk ikut ambil bagian dalam kesatuan Gereja.
b. Guru mengajak peserta didik untuk menutup pelajaran dengan berdoa syukur bersama.

Tabel 4 Nilai Siklus 1 Siswa


Selain tabel nilai di atas, berikut adalah hasil observasi yang dilakukan pada siklus 1. Pengamatan terhadap aktivitas siswa dilakukan untuk mengetahui apakah siswa memperoleh dampak positif dari tindakan yang dilakukan atau pakah penerapan metode SQ3R d dapat meningkatkan keatifan atau keterlibatan siswa. Dengan demikian disajikan tabel keaktifan siswa siklus 1 sebagai berikut.

Tabel 5 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa


kinerja guru juga merupakan hal yang diobservasi dalam penelitian ini. Hal dilakukan dengan pertimbangan bahwa peranan guru sangat penting dalam pelaksanaan penerapan metode SQ3R yang pada akhirnya berdampak pada hasil belajar siswa (dalam hal ini berkaitan dengan peningkatan pembelajaran menulis teks tanggapan). Berikut adalah hasil observasi kinerja guru siklus 1.

Tabel 6 Hasil Pengamatan Kinerja Guru siklus 1


3. Refleksi
Refleksi adalah tahapan terakhir dalam satu rangkaian siklus. Berikut adalah hasil refleksi setelah melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, dan observasi siklus 1.
(1) Kemampuan siswa, beberapa hal yang bisa peneliti refleksikan, yaitu sebagai berikut. Siswa yang tuntas sebanyak 25 orang atau 77% sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 7 orang atau 23%. Kondisi ini memang belum mencapai target yang diinginkan, yaitu minimal 85% siswa (minimal 28 dari 32 siswa) yang mencapai KKM 75. Namun peneliti melihat adanya perubahan dan perbaikan pada kemampuan membaca siswa.
(2) Aktivitas siswa, keterlibatan siswa dalam pembelajaran cukup baik. Siswa tampak antusias mengikuti pembelajaran. Hal ini ditandai dengan persentase sikap (dengan kriteria baik) mencapai angka 77%. Sedangkan pada kriteria cukup persentasenya 17%, sikap siswa dengan kriteria kurang mencapai 5%.
(3) Kinerja guru, kemampuan guru dalam memimpin dan melaksanakan pembelajaran sangat baik. Adapun  penilaian yang  diperoleh guru mencapai angka 92.

4.1.3 Siklus 2

1. Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti melakukan perencanaan sebagai berikut.
(1) Membuat lembar observasi bagi guru dan siswa untuk melihat proses pembelajaran. Lembar observasi itu meliputi lembar kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
(2) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
(3) Membuat soal tes
(4) Mendiskusikan dengan rekan sejawat, tentang hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan pembelajaran.
(5) Mendiskusikan jumlah pertemuan yang layak atau sesuai untuk siklus pertama

2. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan dalam tiga langkah pembelajaran, yaitu kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada 10 September 2020.

Kegiatan Pendahuluan (20 menit)
a. Mengondisikan, memotivasi siswa dan membuka pelajaran dengan doa.
b. Guru dan peserta didik bertanya jawab tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan, yakni sifat-sifat Gereja.
c. Guru menyampaikan tujuan dan pokok materi pertemuan, yaitu tentang Gereja yang satu.

2. Kegiatan Inti (95 menit)
a. Menggali pemahaman melalui kegiatan survey bacaan tentang perubahan cara pandang terhadap Gereja melalui sebuah cerita: “Kaum Muda Katolik Sedunia Bertemu di Brasil”.
b. Mendalami cerita dengan panduan pertanyaan (question):
1) Pertemuan itu adalah pertemuan kaum muda Katolik sejagad! Apa tujuannya?
2) Sifat-sifat Gereja yang mana tampak cukup jelas dalam acara-acara pertemuan itu?
3) Apakah dalam acara-acara pertemuan itu terungkap segi-segi yang menunjukkan bahwa Gereja itu satu?
4) Apa artinya Gereja itu satu?
c. Guru memberikan penjelasan singkat/peneguhan atas beberapa pertanyaan di atas
d. Menggali ajaran Kitab Suci dan ajaran Gereja tentang makna kesatuan Gereja.
1) Guru mengajak peserta didik untuk membaca (Read), menyimak dan mendiskusikan pesan Kitab Suci: 1Ptr 2:5-10, 1Kor 12:12, 2Tim 2:22, dan Ef 4:3-6 berkaitan dengan sifat Gereja yang satu.
2) Setelah berdiskusi, guru melakukan Ricite dengan suatu kegiatan menceritakan kembali isi bacaan yang telah dibacanya dan guru dapat memberikan masukan atau penjelasan singkat mengenai maksud kutipan-kutipan tersebut.
3) Guru mengajak peserta didik untuk membaca, menyimak ajaran Gereja Gaudium et Spes art. 1.
4) Guru mengajak mendalami ajaran Gereja tersebut dengan panduan pertanyaan (question):
• Apa arti Gereja sebagai satu persekutuan dalam Roh Kudus?
• Apa yang menjadi dasar semangat pendorong persatuan?
5) Setelah berdiskusi, guru melakukan Review, yaitu suatu kegiatan membaca ulang dengan tujuan memperbaiki kesalahan yang dilakukan lalu guru dapat melakukan peneguhan/penjelasan singkat terhadap pertanyaan tersebut-sifat Gereja yang satu.
e. Menghayati kesatuan Gereja
1) Guru mengajak peserta didik untuk berdiskusi dengan panduan pertanyaan:
• Gereja itu satu, namun merupakan kenyataan pula bahwa dalam Gereja masih terdapat perpecahan-perpecahan. Bagaimana kita dapat memperjuangkan kesatuan itu?
• Bagaimana kita secara pribadi mewujudkan kesatuan dalam Gereja?
2) Setelah diskusi, guru memberikan penjelasan tentang kesatuan Gereja
3) Guru mengajak peserta didik untuk berefleksi dengan panduan pertanyaan:
• Usaha-usaha apa yang dapat saya galakkan untuk menguatkan persatuan kita ke dalam?
• Usaha-usaha apa yang dapat saya galakkan untuk menguatkan persatuan ‘antar Gereja’?

3. Kegiatan Penutup (20 menit)
a. Guru memberikan penugasan kepada peserta didik untuk menuliskan sebuah doa yang berisi ungkapan syukur dan harapan untuk ikut ambil bagian dalam kesatuan Gereja.
b. Guru mengajak peserta didik untuk menutup pelajaran dengan berdoa syukur bersama.

4. Observasi
Berikut adalah table nilai siklus 2, materi menulis teks tanggapan dengan menerapkan media audio visual.

Tabel 7 Nilai Siklus 2 Siswa


Selain tabel nilai di atas, berikut adalah hasil observasi yang dilakukan pada siklus 2. Pengamatan terhadap aktivitas siswa dilakukan untuk mengetahui apakah siswa memperoleh dampak positif dari tindakan yang dilakukan dan dapat meningkatkan keaktifan atau keterlibatan siswa. Dengan demikian disajikan tabel keaktifan siswa siklus 1 sebagai berikut.

Tabel 8 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus 2


Kinerja guru juga merupakan hal yang diobservasi dalam penelitian ini. Hal dilakukan dengan pertimbangan bahwa peranan guru sangat penting yang pada akhirnya berdampak pada hasil belajar siswa. Berikut adalah hasil observasi kinerja guru siklus 2.
Tabel 7 Hasil Pengamatan Kinerja Guru siklus 2


5. Refleksi
Refleksi adalah tahapan terakhir dalam satu rangkaian siklus. Berikut adalah hasil refleksi setelah melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, dan observasi siklus 2.
(1) Kemampuan siswa, beberapa hal yang bisa peneliti refleksikan, yaitu sebagai berikut.
Siswa yang tuntas sebanyak 30 orang atau 94% sedangkan siswa yang belum tuntas
sebanyak 2 orang atau 6%. Kondisi ini telah mencapai target sehingga tindakan dapat dihentikan.
(2) Aktivitas siswa, keterlibatan siswa dalam pembelajaran cukup baik. Siswa tampak antusias mengikuti pembelajaran. Hal ini ditandai dengan persentase sikap (dengan kriteria baik) mencapai angka 87%. Sedangkan pada kriteria cukup persentasenya 9%, sikap siswa dengan kriteria kurang mencapai 4%.
(3) Kinerja guru, kemampuan guru dalam memimpin dan melaksanakan pembelajaran sangat baik. Adapun  penilaian yang diperoleh guru mencapai angka 95.

4.2 Pembahasan
Pada siklus 1, Kemampuan siswa, beberapa hal yang bisa peneliti refleksikan, yaitu sebagai berikut. Siswa yang tuntas sebanyak 25 orang atau 77% sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 7 orang atau 23%. Kondisi ini memang belum mencapai target yang diinginkan, yaitu minimal 85% siswa (minimal 28 dari 32 siswa) yang mencapai KKM 75. Namun peneliti melihat adanya perubahan dan perbaikan pada kemampuan membaca siswa.

Pada siklus 2 kemampuan siswa, beberapa hal yang bisa peneliti refleksikan, yaitu sebagai berikut. Siswa yang tuntas sebanyak 30 orang atau 94% sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 2 orang atau 6%. Kondisi ini  telah mencapai target sehingga tindakan dapat dihentikan.


Aktivitas siswa pada siklus 1, keterlibatan siswa dalam pembelajaran cukup baik. Siswa tampak antusias mengikuti pembelajaran. Hal ini ditandai dengan persentase sikap (dengan kriteria baik) mencapai angka 77%. Sedangkan pada kriteria cukup persentasenya 17%, sikap siswa dengan kriteria kurang mencapai 5%. Aktivitas siswa, keterlibatan siswa dalam pembelajaran cukup baik. Siswa tampak antusias mengikuti pembelajaran. Hal ini ditandai dengan persentase sikap (dengan kriteria baik) mencapai angka 87%. Sedangkan pada kriteria cukup persentasenya 9%, sikap siswa dengan kriteria kurang mencapai 4%.


Pada siklus 1 Kinerja guru, kemampuan guru dalam memimpin dan melaksanakan pembelajaran sangat baik. Adapun penilaian yang diperoleh guru mencapai angka 92. Pada siklus 2, Kinerja guru, kemampuan guru dalam memimpin dan melaksanakan pembelajaran sangat baik. Adapun penilaian yang  diperoleh guru mencapai angka 95.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Siswa Kelas XI SMAK Santu Thomas Aquinas Ruteng Tahun Pelajaran 2020/2021 mengalami masalah dalam kemampuan memahami materi “Gereja yang Satu”. Hal ini diperkuat oleh hasil tes awal, yaitu 58% atau sama dengan 19 orang dari 32 siswa yang tuntas belajar, sedangkan 13 orang lainnya belum tuntas belajar. Siklus 1, siswa yang tuntas sebanyak 25 orang atau 78% sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 7 orang atau 32%. Rata-rata kelas yaitu 79.

Siklus 2, siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 30 orang maka ketuntasan belajar klasikalnya mencapai 94%. Siswa yang tidak tuntas sebanyak 2 orang atau 6%. Selain itu, nilai rata-rata kelas siswa mencapai nilai 85.
Aktivitas siswa, keterlibatan siswa dalam pembelajaran dengan metode SQ3R sangat baik. Hal ini ditandai dengan persentase aktivitas positif siswa yang semakin naik. Sama halnya dengan kinerja guru yang semakin baik.
Berdasarkan hal ini maka dapat disimpulkan penerapan metode SQ3R pada Siswa Kelas XI SMAK Santu Thomas Aquinas Ruteng Tahun Pelajaran 2020/2021 dapat meningkatkan keterampilan menulis teks tangan.

5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka peneliti ingin memberi saran sebagai berikut.
1) Bagi sekolah, agar sekolah dapat menyediakan sumber-sumber yang berkaitan dengan hasil penelitian ini sehingga guru-guru dapat menambah wawasannya dalam menjalankan profesinya sebagai pengajar dan pendidik.
2) Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran menulis teks tanggapan
3) Bagi peneliti lain, penelitian dalam bidang ini dapat dilakukan kembali pada subjek berbeda atau metode berbeda

Oleh :
Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik

Daftar Pustaka
  1. Abidin, Z. (2017). Meningkatkan Keterampilan Membaca Meningkatkan Keterampilan Membaca Siswa Kelas Xi Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa Improving Reading Skills Of Xi ~ 6 Science Students Through Sq3r Method Sma Negeri 1 Bontonompo , Bontonompo District , Gowa Regency M. Jurnal Nalar Pendidikan Volume, 5(1), 55–63.
  2. Fitriyani, D. (2017). Kemampuan Membaca Pemahaman Dengan Menggunakan Metode Survey, Question, Read, Recite, dan Review (SQ3R). Jurnal Pesona, 3(1), 43–49.
  3. Luginawati, R. (2019). Pengembangan Pembelajaran Ipa Dengan Metode SQ3R (Development of Learning with the SQ3R Method). Jurnal Teknologi Pendidikan Dan Pembelajaran, 2(4), 148.
  4. Nurani, H. I., Suhita, R., & Suryanto, E. (2017). Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat Dengan Metode Sq3R Pada Siswa Sd. Paedagogia, 20(1), 33.
  5. Parhan, P., Abdul Jalil, M., Idrus, I., & Raup, A. (2022). Peningkatan Pemahaman Teks Bahasa Arab Melalui Metode (SQ3R). Ta’limi | Journal of Arabic Education and Arabic Studies, 1(1), 21–33.
  6. Putria Baiti Anggraini. 2022. Pengaruh Model Pembelajaran SQ3R Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam KelaS X SMA Negeri 13 Bandar Lampung. Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
  7. Rita Mina Rahayu. 2020. Penerapan Model Pembelajaran SQ3R Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PAI Pada Siswa Kelas VIII.B di SMPN 17 Seluma. Program Studi Pendidikan Agama Islam (Pai) Fakultas Tarbiyah Dan Tadris Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu. Fakultas Tarbiyah dan Tadris Institut Agama Islam Negeri Bengkulu.
  8. Wulandari, R. R., Gunayasa, I. B. K., & Jaelani, A. K. (2021). Pengaruh Metode Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) terhadap Keterampilan Membaca Kritis Siwa Kelas IV SDN Gugus IV Praya. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 6(4), 582–587.
  9. Wiriaatmadja, Rochiati. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Baca dan Download Artikel lengkap :



0 Komentar

Kirim Pesan